MARI JO TORANG BAKU BEKENG PANDE

Kita Sadar Kalo Kita pe Pengetahuan tentang Tareran dan Minahasa Umumnya masih kacili skali...soitu kita mulai belajar dan cari sumber sumber yang bisa membantu...dibawah ini adalah sebagian informasi yang kita dapat yang kita ingin berbage deng samua kawanua...

Thursday, December 6, 2012

Menguak Kisah Historis di Balik Nama Rumoong Atas


Dari Lowian, Ai Roang Sampai Rumoong



Sebuah desa nan indah, berdiri tepat di kaki pegunungan Tareran. Mata indah Gunung Soputan selalu mengawasi aktivitas penduduknya dari arah tenggara. Rumoong Atas, begitu nama desa di wilayah Selatan Minahasa ini dikenal. Menurut masyarakat setempat, dahulu wilayah pemukiman mereka diberi nama Lowian. Dalam perjalanan yang panjang, nama itu berubah menjadi Rumoong Atas, hingga dimekarkan menjadi Desa Rumoong Atas dan Desa Rumoong Atas Dua pada 10 Januari 2006.Sejarah pengambilan nama-nama tersebut ternyata menyimpan kisah menarik di baliknya.

Seperti yang disampaikan salah satu tokoh masyarakat yang ada di Desa Rumoong Atas Dua, Willem Pandey. Ia mengatakan, latar belakang diambilnya kata Lowian sebagai nama desa waktu itu karena, penduduk awal yang tinggal di wilayah ini bermukim di sekitaran pohon Lowian (sejenis pohon beringin) yang berdaun rindang sehingga bisa menjadi pelindung bagi mereka. Pohon ini terletak di antara desa Rumong Atas dengan Desa Lansot yang terlebih dulu dihuni sekitar tahun I560.“Kata Lowian itu dorang ambe dari nama pohong yang penduduk pertama ada ba tinggal akang,” terang Pandey.Ia juga mengatakan, dipilihnya lokasi yang sekarang disebut ‘wale ure’ (rumah/kampung tua) tersebut, bukan hanya karena terdapat pohon Lowian ini semata, namun karena di wilayah itu permukaan tanahnya memang rendah sehingga memudahkan penduduk pertama untuk mendapatkan sumber air. Sebagaimana biasa dilakukan Tou (orang) Minahasa saat melakukanTumani (mendirikan pemukiman).“Soalnya di situ tu tanah sadiki baturung, jadi gampang dorang mo dapa sumber aer. Yah, Tou Minahasa kan bagitu, kalu mocari tampa tinggal mo Tumani akang, torang pasti cari lebe dulu tampa yang gampang dapa sumber aer,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Dolfie Karundeng, seorang tokoh masyarakat lainnya. Orang yang sudah puluhan tahun duduk dalam jajaran pemerintah desa ini juga merupakan sosok yang diketahui mengerti tentang sejarah desa yang berada di gerbang timur Minahasa Selatan ini.  “Lowian itu nama pohong yang jadi tampa tinggalnya orang-orang pertama yang Dotu Moutang ada bawa dari arah barat, deng sebagian orang yang mungkin dari arah Langowan, kong tinggal menetap di bawah pohon besar itu sekitar tahun I625,” ungkap Ayah, nama yang sering digunakan untuk memanggil tokoh yang satu ini.

Ayah juga menjelaskan, bertambah banyaknya jumlah penduduk di wilayah itu memaksa penduduk untuk memperluas wilayah tinggalnya. Wilayah yang bertambah itu disebut ‘Ai Roang’ (yang ditambahkan) dan orang-orang yang tinggal dan bertambah banyak itu disebut Tou Rumoang (yang bertambah). Dari situlah asal mula digunakan nama Romoang.“Nah setelah tinggal kong so ta tambah trus tu penduduk, akhirnya dorang kase besar itu dorang pe wilayah. Itu tu dorang bilang Ai Roang kong tu orang yang tinggal disana, dorang bilang Tou Rumoang,” jelasnya.

Selain itu ia juga mengungkapkan, nama baru Desa Lowian itu secara resmi diubah sebutannya menjadi Rumoang pada masa pendudukan Jepang di sekitaran tahun I945. Ketika itu, pada papan nama desa tertulis “Rumoon” yang kemudian karena lafal orang Jepang, kata ini menjadi Rumoong.“Nama Rumoang baru resmi waktu pendudukan Jepang. Orang Jepang bekeng papan nama desa, mar dorang cuma da tulis Rumoon. Orang Jepang ndak bisa bilang Rumoon, mar dorang ja bilang Rumoong. Dari situ lama kelamaan dorang sebut kampung ini desa Rumoong,” terang Karundeng.

Ayah kemudian mengungkapkan, saat disebut desa Rumoong, terjadi sedikit polemik karena di masa itu sudah ada dua desa yang memiliki nama yang sama. Yaitu desa Rumoong yang ada di kecamatan Tombasian, dan desa Rumoong yang dulunya Lowian ini.“Karna so ada dua itu nama desa Rumoong, tu satu di Kecamatan Tombasian deng satu lagi di sini yang dulu Lowian, tampa torang ja tinggal akang skarang. Akhirnya torang pe orang tua dulu bekeng kesepakatan for mo bekeng perbedaan. Karena Rumoong yang dulunya Lowian ini dia pe posisi di kaki gunung Tareran yang memang lebe tinggi, akhirnya desa ini sepakat ganti nama jadi desa Rumoong Atas. Selanjutnya, karna desa Rumoong Atas deng desa langsot cuma baku birman, banyak orang luar yang sengaja ja kase sambung ni dua kampung pe nama jadi Rumoong-Lansot,” ungkapnya.

Menurut penuturan Ayah, desa Rumoong Atas mulai diakui sebagai satu desa sejak tahun I840, dimana tonggak kepemimpinan dipegang oleh Tonaas (orang yang bijaksana) yang dipilih dari beberapa Walian (pemimpin ritual) yang ada. Sistem pemerintahan ini mulai bergeser seiring masuknya injil di Kecamatan Tareran pada tahun I840. Jabatan Tonaas kemudian diganti dengan Jabatan Hukum Tua atau Kepala Desa.“Nama Rumoong atas baru resmi tahun I840. Dari Walian-Walian yang ada, kemudian dipilih yang paling menonjol for mo angka jadi Tonaas. Jadi Tonaas bukan sembarangan, dia musti kuat secara fisik, pande, deng bijaksana. Sistem bagini berubah waktu injil maso. Jabatan Tonaas dorang ganti jadi Hukum Tua, baru jadi Kepala Desa, yang sekarang so robah ulang jadi Hukum Tua,” katanya.Ayah mengakui, semua data yang disampaikannya itu sudah pernah dia bahas bersama tim perumus sejarah Jemaat Rumoong Atas yang beranggotakan 11 tokoh masyarakat pada tahun 1984 silam. Hasil pertemuan itupun sudah menghasilkan buku yang hanya dicetak 7 eksemplar. Salah satunya masih disimpannya sampai saat ini.“Itu cerita samua torang seblas orang tokoh masyarakat so sempat da diskusikan waktu da susun buku sejarah Jemaat Rumoong Atas pas ulang tahun sinode GMIM tahun I986. Da cetak buku cuma 7 mar sampe sekarang cuma ta sisa satu pa kita, jadi kita simpang bae-bae,” akunya sambil tersenyum.

Sedikit berbeda dengan dua tokoh masyarakat di atas, Wanly Karundeng, salah seorang tokoh pemuda yang ada di desa Rumoong Atas mengatakan, lewat tradisi lisan, dia sempat berdiskusi dengan salah satu orang tua di desa tersebut. Dalam penuturan tua-tua kampung ini, nama Lowian itu bukan menunjuk pada pohon lowian tersebut, melainkan nama parigi (sumur) yang dibuat di bawah pohon beringin yang sering disebut Lowian itu. Karena bentuknya menyerupai Lowyan (nampan), tempat itu akhirnya disebut Lowian.“Kita pe opa tua yang bernama Marthen Kondoj bilang, Lowian itu bukang tu pohong, mar tu parigi yang dorang ada bekeng di bawah pohon beringin itu. Lantaran dia pe bentuk sama deng lowyang akhirnya itu tampa dorang bilang Lowian,” ungkapnya.Wanly menjelaskan, ada cerita yang belum pernah dia dengar sebelumnya, yang disampaikan narasumbernya waktu itu. Dimana, jauh sebelum datangnya Dotu Moutang ke Lowyan, sudah ada beberapa orang yang lebih dulu tinggal di sana dan berusaha untuk mencari sumber air, yang nantinya akan dijadikan tempat tinggal.Waktu orang-orang itu melihat dataran yang sedeikit rendah, mereka langsung beranggapan bahwa tempat itu merupakan tempat yang tepat karena kemungkinan mendapatkan sumber air sangat besar. Namun tidak seperti harapan. Setelah menggali beberapa meter, air belum juga ditemukan. Lalu mereka sejenak berhenti untuk istirahat sembari memanjatkan doa pada Empung Wailan Wangko (Yang Kuasa).Tak lama kemudian seekor ayam yang tidak tahu darimana datangnya, terperangkap dalam lubang yang sudah digali itu. Beberapa saat kemudian, airpun mulai keluar dari sumur yang mereka gali itu.“Opa Kondoy malah kase cerita yang kita belum pernah dengar sebelumnya. Dia bilang jauh sebelum Dotu Motang, so ada orang yang datang buka tu kompleks wale ure. Dorang coba gale parigi mar so dolong da gale blum dapa-dapa aer. Dorang brenti sadiki kong berdoa. Ndak lama, ada ayam maso di lubang kong tu aer langsung kaluar,” paparnya.

Budayawan Minahasa, Fredy Wowor mengatakan, beberapa versi tentang latar belakang penggunaan nama desa Rumoong Atas ini merupakan sebuah kekayaan yang harus dijaga. Sata hal yang pasti, dalam keragaman kisah ini tersimpan satu hal yang bisa dipahami bersama sebagai nilai dan identitas Tou Lowian, Tou Rumoong, Tou Minahasa itu sendiri

3 comments:

  1. Thanks Hap... Pengetahuan baru.

    ReplyDelete
  2. Thanks for info... semoga generasi penerus kita semua bisa menjaga dan melestarikan sejarah desa tercinta..

    ReplyDelete
  3. Terima kasih sudah mengunkapkan sejarah desa Rumoong Atas ... itu adalah kampung tempat sy dilahirkan...
    Turangan Kondoy,Turangan Wilar, Turangan Rorong, Wonua Turangan..
    Opa Zeth Turangan dan Oma Agnes Rorong...
    🙏🙏

    ReplyDelete

In Memoriam My Lovely Dog "LOU" Good Bye Buddy I Love You...!!!