This is a blog to discuss everything that exists in District Tareran South Minahasa Regency of North Sulawesi Province
Wednesday, June 3, 2015
Makna Filosofis di Balik Pohon Seho
“Penjaga Wadah Hidup Tou Minahasa”
Pohon aren atau lebih dikenal di Tanah Minahasa, pohon Seho dianggap memiliki peran dan fungsi yang begitu penting dalam eksistensi Tou (orang, red) serta tana’ (Tanah, red) Minahasa. Peran yang dimaksud berkaitan dengan eksistensinya dalam peradaban Minahasa sejak zaman dulu sampai sekarang. Tak heran Tou dan Tana’ Minahasa, begitu dekat dan akrab dengan tumbuhan ini.
Di sebagian tempat di tanah Minahasa, banyak orang sukses dan berhasil oleh karena ‘hasil’ dari pohon Seho. Bahkan, hubungannya dengan menjaga alam dari bencana, peran pohon seho dianggap sangatlah penting. Hal ini akan membantah isu yang menyatakan pohon seho sebagai ‘pembawa bencana’ seperti rumor dan pemikiran yang sengaja ditimbulkan oleh oknum tertentu dengan maksud tertentu untuk menguasai Tou dan Tana’ Minahasa.
Kalfein Wuisan budayawan muda Desa Wuwuk, kepada Media Sulut membeberkan, pohon seho dalam bahasa Minahasa disebut ‘Akel’. Yang berarti pelindung wadah hidup atau penjaga wadah hidup. Dari arti namanya secara harafiah bisa didefinisikan. Orang tua di tana’ Minahasa memiliki alasan tersendiri ketika menyebut atau menamakan pohon aren (istilah Indonesia) dengan A’ Kel. “Kata ini dipakai sebagai sebuah pemaknaan yang mendalam berkaitan dengan eksistensi hidupnya dengan tana Minahasa sendiri. Pohon seho begitu dekat dengan hidup tou Minahasa sejak zaman dulu sampai sekarang. Di karenakan hasil bahkan bagian dari pohon seho digunakan dalam aktifitas hidup sehari-hari maupun dalam praktek religi tua Minahasa,” beber Wuisan.
Pohon Seho tumbuh di semua tampat di tanah Minahasa. Pohon ini juga dinilai berfungsi untuk menjaga air dan tanah. Akarnya yang banyak, berfungsi menyimpan air serta menahan tanah dari longsor. Kebanyakan pohon seho tumbuh di dataran tinggi di tanah Minahasa. Tak heran banyak ‘orang gunung’ yang berprofesi sebagai tukang ‘keet’ (memanen air nira, red) atau petani cap tikus, serta gula merah, seperti di daerah Motoling dan Tareran. “Pada pohon seho pun hidup berbagai jenis hewan yang biasa dikonsusmsi masyarakat seperti Tikus ‘Tangkomot’ dan sejenis Kuse ‘Te’bung’,” tambahnya.
Manfaat pohon seho memang dianggap sangat banyak. Mulai dari akar sampai daunnya mengandung kegunaan penting bagi Tou Minahasa. Sehingga tak mengherankan apabila Pohon Seho sangat akrab bagi kehidupan di tana Minahasa. Bisa dibayangkan ketika pohon seho ditanah ini di musnahkan. Apa yang akan terjadi dengan kondisi alamnya. Tanah longsor dan kekeringan pasti akan terjadi. Selain itu pula tou Minahasa yang hidup dari hasil pohon seho akan sangat sulit untuk hidup. Bukan persoalan orang ditanah ini tidak bisa hidup tanpa pohon seho, namun adannya hubungan erat dan kebutuhan akan pohon seho di tanah ini. “Seperti arti namanya, pohon seho di berikan oleh Apo Kasuruan Wangko sebagai penjaga. Penjaga dalam artian menjaga tanah ini dari bencana. Menjaga tou di tanah ini dari kelaparan dan kesusahan. Sebab dari pohon ini banyak yang bisa diambil dan dipergunakan untuk hidup. Pohon seho tumbuh subur ditanah ini bukan hanya kebetulan semata tetapi merupakan anugerah dari Amang Kasuruang. Kondisi tou dan tana’ Minahasa membuat pohon seho sangat pantas hidup di tanah ini. Karena itu upaya menjaga eksistensi pohon seho merupakan upaya menjaga eksistensi Tou dan tana’ Minahasa,” tutup Wuisan.
Subscribe to:
Posts (Atom)